ENCIKEFFENDYNEWS.com

Allah SWT berfirman, ”Dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah (menjadi orang musyrik). Yaitu, orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi golongan-golongan yang banyak. Tiap-tiap golongan berbangga-bangga terhadap apa yang ada pada mereka.” (Ar-Ruum 31-32).

Dalam perspektif ajaran Islam, kemusyrikan termasuk kategori paling besar dosanya. Bahkan, jika terbawa mati, Allah SWT tidak akan mengampuninya. Firman-Nya, ”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia akan mengampuni dosa yang selainnya, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar.” (An-Nisaa’ 48).

Perbuatan syirik pun akan menghapuskan dan membatalkan pahala amal perbuatan baik yang sudah dilakukan, seperti shalat, zakat, infak, ibadah haji, maupun ibadah-ibadah yang lainnya. Hal ini seperti sebagaimana firman Allah SWT, ”Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur’.” (Az-Zumar 65-66).

Kemusyrikan mempunyai makna mengakui dan meyakini adanya kekuatan yang menyamai Allah (andad), baik dalam bentuk benda-benda seperti benda-benda keramat, batu-batuan yang disembah dan yang dijadikan jimat-jimat, kepercayaan kepada tahayul dan sihir-sihir dalam berbagai bentuknya yang sangat berbahaya, kepercayaan dan keyakinan pada ramalan nasib atau juga kepercayaan dan keyakinan pada paham dan aliran (isme-isme) yang nyata-nyata bertentangan secara diametral dengan ajaran Islam. Semua itu kini semakin merajalela di tengah-tengah masyarakat.

Tentu kondisi ini akan merusak akidah Islamiyah, sekaligus melemahkan semangat dan etos kerja. Tetapi, terdapat juga bentuk kemusyrikan yang lain, seperti dikemukakan dalam surat Ar-Ruum ayat 31 dan 32 di atas. Yaitu, berpecah belah dalam beragama sehingga menjadi berbagai macam kelompok yang saling menghujat, menghina, dan menyalahkan, disertai kesombongan yang luar biasa dalam bentuk golongannya sendiri yang merasa benar. Kelompok dan golongan lain dihina dan dilecehkannya serta dianggap memiliki kesalahan dan kelemahan yang fatal.

Fenomena itu kini mulai marak kembali di tengah masyarakat Muslim, dalam bentuk perpecahan dalam internal kelompok masing-masing yang sangat dahsyat, hanya karena rebutan dalam suatu jabatan. Sehingga, mereka tidak segan-segan untuk saling membuka aurat dan kesalahan di depan publik, bahkan saling melaporkan untuk kemudian saling menjatuhkan.

Kita berharap fenomena ini akan segera diakhiri dengan mengedepankan ukhuwah Islamiyyah dan husnuzzon. Sehingga, kekuatan umat dapat segera dibangun kembali, dan kita semuanya dipelihara dari berbagai macam kemusyrikan yang akan menjatuhkan dan mencelakakan di dunia maupun di akhirat nanti.

ENCIKEFFENDYNEWS.com

 “The smile sending out, will return to you ”  

Berbicara mengenai manajemen sangat asyik dan mengasyikkan, lebih lebih lagi membicarakan tentang manajemen sekolah.

Sekolah dengan berbagai aspek dimensinya memberikan gambaran betapa dahsyat dan seru, unik dan komprehensifnya tuntutan dan cabaran, bak pelangi yang membentang di siang hari, kadang sirna ditelan mentari, kadang tampak ranggi apabila redup ditelan saujana senja.

Kepala sekolah yang merupakan educator, manager, administrator, supervisor yang leader lagi innovator dan sebagai motivator, memberikan gambaran, betapa unik dan komprehensifnya dalam mengelola sebuah institusi yang bernama SEKOLAH.

Sekolah dengan berbagai macam cabaran dalam menata sebuah konsep manajemen SDM dalam menatap masa depan, memerlukan sebuah manajemen yang handal untuk mencapai tujuan dalam mencerdaskan kehidupan pada suatu generasi.

Begitulah kira-kira idealnya sebuah manajemen dalam mengelola sekolah, berbagai seminar, lokakarya, upgrading, diskusi dan apapun namanya, namun yang memegang peranan tetaplah “man” /manusia pengelolanya dan di lembaga sekolah yang tertinggi adalah tentu “kepala sekolah”.

Berbagai buku telah ditulis oleh  para pakar , mengenai kepala tanpa sebab yang sekolah ini, tapi dasar  kepala ya tetap kepala tidak mau  bergeser jadi tangan umpamanya, apalagi jadi kaki, yach paling mau jadi mulut kali ! inipun karena lidah tidak bertulang ‘(barangkali)!

Maka kalau kita perhatikan, berbagai polah dan tingkah kepala ini sehingga kadang unik untuk diselidiki dan dipaparkan sebagai remote-control bagi yang merasa kepala, tapi bagi yang merasa kaki silakan jangan bergoyang kaki apalagi naik ke atas meja yang tangan jangan bertepuk apalagi sebelah tangan, masih banyak cabaran dan tantangan kalian yang tidak kalah dahsyatnya seperti kepala.

Kali ini kepala “seluruh kepala” (mulai kepala paku, kepala RT – hingga kepala yang memegang sesuatu jabatan yang penting di sebut “kepala”) disorot dalam persepsi “manajemen dinosauros”. Kalau kita amati binatang ini emang amat langka, hidup tempo doeloe, badan besar, ekor panjang dan berbagai macam kelebihan lainnya yang merupakan kekunoan yang dimilikinya.

Maka kalau kita simak sebagai berikut :

1. Suka bertingkah aneh-aneh, nggak umum dan menggelikan

2. Kemauannya nggak jelas, sulit dimengerti orang

3. Suka mengancam, menakut-nakuti dan menggertak orang lain

4. Sering marah-marah dan mengamuk tanpa sebab yang jelas.

5. Suka mengejek dan merendahkan orang lain.

 6. Bahkan kalau dapat menghukum orang akan merasa bangga

 7. Tidak mau mainannya diganggu

8. Teritorialnya nggak boleh di masuki orang

9. Egois, mau menang sendiri, kurang memiliki rasa toleransi

 10. Sok disiplin, sok peraturan, nggak ada keluwesan sama sekali

11. Suka cekcok dan berantem sesama “species” |

 12. Tega menekan dan memeras sesama teman

 13. Nggak peka pada perasaan orang lain

14. Sulit diberitahu, ndableg

15. Merasa paling kuat, paling besar dan paling berkuasa tapi kalau kalah cepat lari

16. Anggap enteng orang lain, tidak menghargai sesamanya

17. Merasa paling berjasa, pahlawan, sok penting dan suka pamer

 18. Suka ngambek dan bersikap masa bodoh, tidak bertanggungjawab

19. Berani hanya di kandang sendiri (jago kandang)

20. Badan segede gunung, nyali Cuma sekecil kacang ijo, amit-amit. Maka kalau “kepala-kepala” (baca : seluruh kepala) bersifat seperti di atas, hancurlah bangsa ini, hancurlah apa yang dipimpinnya, maka renungkanlah para kepala sebelum intervensi kaki dan tangan dan lebih berat lagi seluruh anggota (baca : masyarakat keseluruhan).

Untuk menghindari hal-hal tersebut di atas diperlukan langkah-langkah kongkret kepala sebagai berikut ,

1. Berikan perhatian tulus kepada semua pihak, jangan memfokuskan pada diri sendiri.

2. Bersihkan pikiran, bahwa pikiran jernih akan membuat kita lebih objektif

3. Ulurkan bantuan bagi mereka yang memerlukan

4. Kurangi menuntut orang lain untuk berpikir atau bertindak seperti kita

5. Tawar hati akan hilang bila kita mau memberikan kesenangan pada orang lain sekitar kita

6. Berolahragalah secara teratur

7. Selalu otokritik terhadap diri sendiri

8. Berlaku ramahlah walaupun suasana di sekitar kita penuh kegetiran

9. Beribadahlah tepat waktu

Maka kalau setiap kepala dapat mengawal kepribadiannya seperti hal tersebut di atas, barulah benar-benar menjadi KEPALA.

Dan terakhir janganlah menjadi seperti kepala paku, dipukul dulu baru bergerak, nauzdubillah (wallahu a’lam bisshawab). EA*

ENCIKEFFENDYNEWS.com

Amirul Mukminin Umar bin Khattab sedang berpidato tentang jihad. Tiba-tiba Salman Al Farisi menginterupsi, ‘Jangan didengar, jangan ditaati”.
Umar mencoba bersabar dan bertanya, ”Mengapa?”
”Karena engkau berbuat curang dan mencuri kain Yaman yang dibagikan kemarin masing-masing selembar per orang. Bagaimana engkau bisa menjahitnya menjadi baju dan sekarang memakainya.”

Umar kembali bersabar, dan bertanya kepada hadirin, ”Mana Abdullah?” Tak ada yang menyahut, termasuk putranya, Abdullah bin Umar, karena mungkin menyangka maksudnya adalah hamba Allah (abdullah). Untuk ketiga kalinya Umar bersabar dan bertanya lebih konkret, ”Mana Abdullah bin Umar?” Setelah anaknya menyahut, Umar memerintahkan menjelaskan asal muasal bajunya.

Penjelasannya memuaskan Salman dan hadirin. Mereka pun kembali bersedia mendengarkan dan menaati. Bayangkan, Umar tetap bersikap lapang dada, sabar dan ramah tamah, meski kritik itu salah. Inilah salah satu penyebab keberhasilan pemerintahannya. Beliau sukses memakmurkan masyarakat, menghindarkan mereka dari kemiskinan, pengangguran, dan kelaparan. Bahkan, menjauhkan mereka dari berbagai bencana, baik di dunia apalagi di akhirat. Umar pun jujur, adil, dan tidak pernah menyelewengkan aset rakyat dan negara yang diamanahkan padanya. Distribusi bantuan negara sangat cepat, yang ditunjang oleh kontrol dan administrasi negara yang rapi.

Namun, bila setiap ada kritik, tudingan dan nasihat, Umar selalu mendahulukan kekuasaan dan kekuatan, sekalipun dia benar, maka takkan muncul ridla rakyat. Mereka jadi takut menyampaikan kebenaran, sehingga bisa saja timbul kekeliruan pemimpin karena mereka bukan nabi dan rasul. Padahal, ridla Allah turun bila ada ridla rakyat.

Tentu saja bila kritik dan nasihat itu benar, terlepas dari cara dan tutur kata penyampaian, Umar akan lebih melapangkan dadanya dan langsung menerima tanpa merasa dipermalukan. Misalnya, beliau pernah mencoba membatasi jumlah mahar perempuan sebesar 400 dirham, yang langsung diprotes kaum Muslimah. Umar seketika membatalkan keputusannya.

Umar tidak pernah merasa nasihat orang akan merendahkan derajatnya. Ketakwaan yang menentukannya, bukan harta, kekuasaan, atau kekuatan. Jika kritik itu benar, maka selamatlah yang dikritik dari dosa dan neraka, bila diterimanya dengan baik. Bila kritik itu salah, maka selamat pula yang dikritik karena dosanya berkurang, bertambah pahalanya, juga ridla rakyat dan wibawanya jika dia seorang pemimpin.

Firman Allah, ”Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah [kejahatan itu] dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, juga tidak dianugerahkan, kecuali kepada orang-orang yang memiliki keuntungan yang besar.” (QS Fushshilat 41:34-35).