ENCIKEFFENDYNEWS.com
Ingatlah Asy-Syahid Yahya Ayyash, sang insinyur elektro kelahiran Rafat, Palestina. Dengan kecerdasannya, lulusan Universitas Beir Zeit ini mampu merakit bom yang susah dicari tandingannya. Bisa dikatakan bahwa ia adalah otak di balik aksi bom syahid HAMAS. Semangat jihadnya yang menggebu-gebu memberi dukungan psikologis yang besar untuk rekan-rekan seperjuangannya. Pada waktu syahidnya 5 Januari 1996 silam, Palestina menangis. Diperkirakan seperempat juta rakyat Palestina turun ke jalanan menyusun iring-iringan sepanjang 40 km untuk mengantar jenazahnya. Mereka tentu tidak akan merasa kehilangan sampai seperti itu jika sepak terjang sang insinyur tidak memberi arti yang sangat penting bagi perjuangan mereka.
Dan teladanilah Rasulullah SAW. Penduduk Makkah tidak akan melupakan solusi jeniusnya ketika meletakkan Hajar Aswad kembali pada tempatnya setelah perbaikan Ka’bah. Pertumpahan darah antar kabilah Quraisy terhindarkan. Bukan hanya itu! Gelar Al Amin juga membuat tetangga sekitarnya mempercayakan harta mereka kepada beliau untuk dijaga. Kepiawaiannya dalam memimpin tidak hanya dirasakan oleh ummat Islam, tapi juga oleh orang beragama lain yang merasa nyaman dengan kebijaksanaannya. Menjelang akhir hayatnya, beliau masih sempat berpesan pada istrinya, Aisyah ra. untuk menginfakkan uangnya yang berjumlah 7 dinar kepada fakir miskin di kalangan Muslimin. Dan sampai saat ini, segala perilakunya dijadikan contoh teladan bagi kita semua.
Saudaraku,
Hidup sebagai manusia adalah sebuah takdir. Tapi menjalani hidup yang bermanfaat bagi orang lain adalah sebuah pilihan. Bukanlah sembarang pilihan, tapi pilihan yang sangat disukai Allah. Kita-lah yang memilih apakah kita hanya akan berjibaku dengan diri sendiri atau memiliki orientasi yang diridhai-Nya, yaitu menjadi rahmat bagi semesta alam. Kita juga yang menentukan jalan penggunaan tenaga, harta benda, ilmu, pikiran, dan nikmat-nikmat lainnya sebagai sesuatu hal yang bermanfaat banyak, tidak hanya untuk diri kita, tapi juga bagi orang lain dan lingkungan sekitar. Dan tidakkah kita berkeinginan untuk masuk ke dalam golongan terbaik dari ummat Nabi Muhammad SAW?
“Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kalau kelapa saja bisa memberi manfaat banyak bagi sekitarnya, apalagi kita, makhluk yang diciptakan-Nya dengan sebaik-baik bentuk?
Allahu a’lam bish-shawab.
