ENCIKEFFENDYNEWS.com
“Bertaubatlah kamu semua kepada Allah wahai orang orang yang beriman agar kamu sekalian berbahagia.” (QS. An-Nuur : 31) Datanglah ke bandara jika anda ingin melihat kebahagiaan, demikian anjuran film Love Actually. Anda juga bisa datang ke stadion olahraga, pesta ulang tahun, pesta pernikahan, juga ke mal untuk melihat kebahagiaan. Ribuan orang berpelukan tiap hari di bandara, terutama diruang tunggu kedatangan penumpang. Disanalah orang orang bertemu dan melepas rindu. Ada anak kecil yang memeluk hangat pamannya yang datang berkunjung. Ada pula sepasang orang tua yang bergembira anaknya tiba dengan gelar kesarjanaannya setelah menuntut ilmu di luar negeri. Ada pula serombongan tua-muda yang menjemput kerabatnya sehabis menunaikan ibadah haji. Selain bertemu kembali dengan orang yang dicintai, momen kebahagiaan tampak setiap kali keinginan diraih. Di stadion olahraga misalnya, seorang atlet yang meraih medali atau piala tak akan kepalang gembiranya. Mereka meloncat, bergulingan, berteriak, serta menebar senyum dan tawa ke semua orang. Penonton akan menambah marak momen kebahagiaan itu dengan bernyanyi gembira. Kita akrab dengan momen momen itu. Allah swt Sang Pengasih dan Penyayang menganugerahkan jutaan momen kebahagiaan direntang hidup manusia. Tapi pernahkah kita berpikir tentang momen penting dimana justru Allah swt lah yang berbahagia Simaklah ilustrasi ini. Di tengah gurun tandus yang setiap butir pasirnya menguapkan hawa panas, tampak seorang musafir berlari kebingungan kesana kemari. Matanya menatap jauh. Keringatnya sedari tadi sudah kering. Panas matahari membuat kulit bibirnya terkelupas. Musafir itu mulai berpikir tentang akhir hidupnya. Kematian akan menjemput karena unta yang membawa semua perbekalannya tak kuasa ia temukan. Di saat itulah samar samar matanya menangkap bayangan berjalan. ia songsong bayangan itu. Semakin dekat semakin dekat. Seperti terbius ia lalu berlari kencang dan memekik senang. Untanya ditemukan! Demikianlah ilustrasi indah yang diutarakan Nabi saw menggambarkan kebahagiaan Allah swt. Kebahagiaan yang bukan hanya besar kadarnya tapi juga mengharukan. Allah swt berbahagia setiap kali hambanya memanjatkan taubat. Setiap taubat yang melintasi langit dan menyentuh Arasy-Nya. Dia sambut dengan kegembiraan seorang musafir yang bertemu kembali dengan untanya dipadang pasir. “Sungguh! Allah gembira menerima taubat hambaNya, melebihi kegembiraan seorang di antara kamu sekalian yang menemukan kembali untanya yang hilang ditengah tengah padang sahara,” ujar Nabi saw sebagaimana riwayat Bukhari – Muslim dari Anas bin Malik. Seorang sufi menghabiskan hampir seluruh hidupnya agar dapat merasakan kehadiran Alloh swt di dunia dan akhirat. Impian mereka tak hanya di wilayah ruhani tapi juga materi. para sufi menginginkan melihat wajah Allah swt di surga kelak. Dan hanya kepada hambaNya yang bertaubatlah Allah swt akan memperlihatkan wajahNya sebab si hamba telah membuatNya berbahagia. Ada tiga syarat yang disepakati ulama agar taubat seseorang diterima. Pertama, orang itu harus langsung menghentikan dosa itu, seperti seorang pemuda yang meninggalkan perempuan cantik yang telah ada di ranjangnya. Kedua, menyesal sepenuhnya. Penyesalan ini harus memenuhi ruang hatinya secara paripurna. Ketiga, berketetapan hati tak akan mengulanginya. itulah komitmen paska taubat. Jika perbuatan dosa itu diulangi lagi, taubat gugur karenanya. Ketiga syarat itu menjadi standar derajat taubat tertinggi yaitu Taubatan Nasuha. Kebahagiaan Allah swt tentulah bukan kebahagiaan satu arah. Dialah Tuhan yang menyambut hamba yang berjalan ke arahNya dengan berlari. Karenanya, seorang hamba yang bertaubat akan memperoleh anugerah kebahagiaan tak terkira dari Allah swt. kutipan surah An Nuur di atas menjadi garansinya. Kita bertaubat dan kita jugalah yang akan berbahagia. Tak perlulah dirinci kebahagiaan macam apa yang akan diraih. Kita tak akan mampu membayangkannya. Potensi taubat seseorang berada dalam ruang yang amat luas. jangan pernah takut taubat kita tak akan diterima, demikian petuah para ulama. Pintu taubat adalah pintu yang maha besar. Selamanya pintu itu berada dalam kondisi siaga menerima taubat kapan dan dari manapun. Sabda Nabi saw : “Pintu itu senantiasa terbuka menerima taubat. Tidak akan ditutup sampai matahari terbit dari sebelah barat (kiamat).” (HR At-Turmudzi) Maka jika hari ini ada seorang berjalan ke pintu taubat itu dengan segenap hatinya, itulah hari ketika Allah swt berbahagia. wallahu ‘alam bishshawab. |