ENCIKEFFENDYNEWS.com

Ayat di atas dengan jelas memerintahkan agar orang-orang yang beriman mengambil langkah antisipatif terhadap segala kemungkinan yang bakal terjadi di hari mendatang, baik untuk urusan dunianya dimana dia hidup dan berkarya, maupun urusan akhirat dimana semua yang hidup harus mempertanggung- jawabkan misi dan tugas yang diembannya selama di dunia. Dari hasil muhasabahnya, maka dia akan mempersiapkan langkah  yang tepat untuk menghadapinya. Langkah yang salah tidak akan dilakukan lagi dan diperbaiki, sedang yang sudah benar akan terus ditingkatkan.

4.            Mu’aaqabah.

                Dalam ajaran Islam, orang yang baik bukanlah orang yang tidak pernah punya salah dan dosa, justru orang yang baik itu adalah orang yang mempunyai kesalahan tetapi dia mau mengakuinya dan kemudian dia bertaubat dengan tekad dan janji tidak akan mengulangi perbuatan yang salah tersebut. Di dalam sebuah hadits mutawatir dijelaskan:”Setiap anak cucu Adam pasti pernah berbuat salah (dosa), dan sebaik-baik orang yang bersalah (berdosa) itu adalah orang yang bertaubat”.(HR.Muttafaq ‘alaih).

Dan tidak cukup hanya dengan bertaubat saja, malah orang tersebut berusaha menghapus kesalahannya dengan melakukan amal-amal yang utama meskipun terasa berat. Misalnya dengan menginfaqkan sebagian hartanya disebabkan meninggalkan shalat berjama’ah. Inilah yang disebut dengan mu’aqabah, yakni memberi sanksi terhadap dirinya  sendiri karena melakukan kelalaian dan untuk mendapatkan ampunan serta redha Allah SWT.

5.            Mujaahadah.

               Yakni niat yang tulus dan tekad yang kuat dalam menjalani hidup, optimal dalam bekerja dan berjuang untuk dunianya dan untuk akhiratnya. Di era globalisasi ini memang dituntut agar manusia mampu mengembangkan potensi dirinya disertai etos kerja yang tinggi, agar dia tetap eksis dalam percaturan hidup yang penuh tantangan ini,  namun demikian  tetap pula konsisten pada ajaran agamanya.

Kita memang diperintahkan untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk kehidupan akhirat, namun kita diingatkan agar tidak melupakan urusan kita di dunia ini, karena dunia adalah jembatan untuk kita sampai ke akhirat.  Allah SWT menegaskan masalah ini dengan firman-Nya: “Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi…..”. (Al-Qashash : 77).

     Kita lihat dari ayat di atas betapa Islam adalah agama yang dinamis, agama yang rasional, yang selalu menganjurkan umatnya untuk selalu terbuka,  maju, dan berhasil untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan lahir dan batin, dunia dan akhirat.

            Demikianlah cara kita dalam menata hidup bernuansa Islam, atau boleh juga kita sebuat manajemen hidup Islami yang diperintahkan Allah SWT untuk kita jalani, agar tercapai hasanah fiddun-ya dan hasanah fil aakhirah. Mudah-mudahan dengan latihan puasa yang sedang kita jalani ini, Allah SWT memberikan kemudahan dan kekuatan kepada kita untuk dapat menerapkannya dalam hidup dan kehidupan kita sehari-hari terutama dalam  menyongsong hari-hari mendatang yang lebih baik dan bermanfa’at, dan semoga  kita dimasukkan oleh Allah Rabbul ‘Aalamiin ke dalam golongan hamba-hamba-Nya shaleh dan  pandai bersyukur. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post Navigation