ENCIKEFFENDYNEWS.com

Kalau kita mencermati cara Alqur’an meminta perhatian kita terhadap waktu, akan kita dapat beberapa bentuk pernyataan. Adakalanya dalam bentuk kalimat sumpah yang sangat fenomenal, misalnya: “Demi waktu sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian”. (QS. Ad-Dhuha), atau “Demi fajar dan malam sepuluh” (QS Al Fajr).

              Menurut para ahli tafsir, apabila Allah bersumpah dengan sesuatu ciptaan-Nya, maka itu untuk menjadikan pandangan manusia tertuju kepadanya dan mengingatkan mereka akan manfaatnya yang besar dan pengaruhnya yang terus menerus.

              Adakalanya Alqur’an menyebut perjalanan waktu itu dalam bentuk yang langsung berkaitan dengan siklus kehidupan seseorang. Allah Swt berfirman,”Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, lantas Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan berubah. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS Ar-Rum: 54).

              Dan adakalanya Alqur’an membangkitkan kesadaran dan perhatian manusia terhadap pentingnya waktu itu dengan gerak bumi dan peredarannya, perjalanan matahari dan bintang-bintang, serta pergantian siang dan malam. Kata Allah, “Dan Dia yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” (QS Al-Furqaan: 62).

              Semua metode yang disampaikan Alqur’an itu bertujuan untuk meyakinkan pentingnya setiap orang menjaga akhlaqnya terhadap waktu.

              Dalam hal ini paling tidak ada empat kondisi yang berkaitan dengan waktu untuk setiap manusia, yaitu kenikmatan, kesengsaraan, ketaatan, dan kemaksiatan. Masing-masing dari empat kondisi tersebut, setiap manusia yang berada didalamnya mempunyai kewajiban sendiri-sendiri. Pertama, bagi mereka yang berada dalam kenikmatan berkewajiban untuk bersyukur kepada Allah Swt.

              Kedua, bagi mereka yang sengsara, punya kewajiban untuk rela dan sabar terhadap ujian Allah, tetap istiqomah dalam kebenaran. Ketiga bagi mereka yang berada dalam ketaatan, berkewajiban untuk memohon bertambahnya taufik dan hidayah dari Allah agar dapat selalu terus menerus taat kepada-Nya.

              Keempat, bagi mereka yang berbuat maksiat, berkewajiban untuk bertobat kepada Allah, memohon ampunan-Nya seraya bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan-perbuatan maksiatnya itu.

              Perjalanan waktu, dan khususnya dengan tibanya tahun baru hijriyah ini, kiranya dapat menjadi pelajaran untuk kita lebih menghargai waktu dimasa datang dengan prestasi-prestasi amal saleh. Hanya dengan cara demikian kemajuan-kemajuan dapat diharapkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post Navigation