ENCIKEFFENDYNEWS.com
Berbicara tentang kita manusia, sungguh amat menarik, berbagai cerita serta kajian tentang kita manusia selalu ‘up date’ hingga melahirkan berbagai disiplin ilmu antara lain ; psikologi, sosiologi, biologi dan berbagai keilmuan lainnya.
Kali ini sebuah cerita tentang diri manusia yang melahirkan tentang keegoan masing-masing organ tubuh kita. Suatu hari kaki berkata kepada tangan, bahwa kakilah yang paling penting dan berjasa dalam tubuh manusia ini, karena tanpa kaki manusia tidak bisa kemana-mana melaksanakan aaktivitasnya tapi tangan juga tidak mau kalah bahwa yang paling urgen dalam tubuh manusia dan amat diperlukan oleh tubuh adalah tangan, sehingga kaki dan tangan berdebat mati-matian hampir saja baku hantam antara satu dan yang lain, masing-masing mempertahankan keegoan mereka masing-masing.
Melihat kejadian ini, akhirnya kepala nimbrung ikut bicara, kaki dan tangan tidak berarti apa-apa tanpa instruksi dari otak yang terdapat di kepala, kepala lebih sombong lagi, bahwa apapun dalam organ tubuh manusia tidak berarti apa-apa tanpa instruksi kepala, akhirnya kaki dan tangan mengambil sikap terhadap kesombongan kepala tersebut, kaki dan tangan kompak menggebukin kepala dengan pukulan-pukulan yang keras, akhirnya kepala mengambil sikap ia pergi meninggalkan tubuh tanpa kepala. Bisa dibayangin apa jadinya tubuh tanpa kepala, habislah riwayat kaki dan tangan.
Beginilah satire kisah tentang tubuh manusia, kejadian ini hampir banyak melanda kita di tengah-tengah masyarakat, kita merasa paling hebat dan merendahkan orang lain, padahal kita di masyarakat diibaratkan oleh Rasul saw seperti tubuh, satu jasad maka apabila salah satu organ dari jasad itu sakit, maka kita merasakan sakit secara keseluruhan.
Maka dapat kita bayangkan apa jadinya tubuh tanpa kepala, orang lain pasti lari dan mengira jasad yang berjalan itu adalah hantu. Mudah-mudahan cerita satire/sindiran ini memberikan kita sebuah inspirasi membangun masyarakat kita menjadi satu kesatuan menuju kehidupan yang lebih maju dan lebih baik kepada “mardhatillah” semoga ! (EA)*