ENCIKEFFENDYNEWS.com

              Dalam pergaulan antarpribadi maupun pergaulan hidup bermasyarakat, kita diperintahkan untuk senantiasa menyambung silaturahmi dan persaudaraan. Nabi Muhammad Saw menegaskan, “Laa Yadkhulul Jannata Qathi’u Rahimi (tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali persaudaraan dengan sesama).” (HR Muslim).

              Perintah memelihara silaturahmi itu mencakup hubungan pribadi antarindividu dan keluarga sampai kepada yang bersifat wacana public atau keummatan (social kemasyarakatan). Bahkan Rasulullah Saw juga mengajarkan agar kita tetap memelihara silaturahmi dengan orang tua yang telah meninggal dunia.

              Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan hadist dari Malik As-Sa’idi. Malik berkata, ketika kami duduk beserta Rasulullah Saw, datanglah seorang laki-laki dari Bani Salamah. Orang itu bertanya kepada Nabi Saw, “Apakah masih ada yang harus saya lakukan untuk berbakti pada ibu dan bapakku yang sudah meninggal dunia? Nabi menjawab, ya ada. Yaitu agar kamu berdoa dan beristighfar untuknya, agar kamu melaksanakan pesan-pesan dan janji-janjinya, agar kamu meneruskan rasa kasih sayangnya terhadap orang-orang yang merasa dekat dengan mereka serta agar kamu memuliakan teman-teman dan sahabat mereka.’Adapun silaturahmi dalam wacana public (keumatan), menurut petunjuk Al-qur’an, adalah “menyampaikan amanat pada ahlinya dan menciptakan rasa keadilan di antara sesama.” (QS An-Nisa: 58).

              Dalam kaitan ini kita patut memberi perhatian tersendiri, sebab secara arif para pemimpin nasional kita juga menyadari bahwa dibalik kemajuan dan keberhasilan yang dicapai melalui usaha pembangunan, masih cukup banyak kekhilafan dan kekurangan, misalnya timbulnya kesenjangan social. Kekurangan itu pada akhir-akhir ini menjadi suatu agenda terpenting yang dicoba untuk segera diatasi dengan berbagai terobosan-terobosan kebijakan program pembangunan.

              Meskipun secara makro pembangunan ekonomi kita itu relative berhasil, namun wacana kemasyarakatan kita masih menyimpan penyakit keresahan social yang mengkhawatirkan. Kerusuhan-kerusuhan mudah terjadi, dan hal itu sangat memprihatinkan dan cukup menyita sumber daya social kita.

              Para ulama dan rohaniawan tentunya sampai kepada pertanyaan, mengapa penyakit-penyakit social seperti itu tumbuh. Mengapa nilai-nilai hakiki yang luhur pada bangsa ini makin menipis. Seberapa banyak hal-hal penting dari kemanusiaan ini yang kita lalaikan, seperti rasa solidaritas dan kasih sayang antarsesama. Pada titik inilah kita perlu introspeksi apakah kewajiban silaturahmi dalam wacana public menurut petunjuk Al-qur’an itu telah kita laksanakan setulusnya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post Navigation