ENCIKEFFENDYNEWS.com

Ibadah haji, yang merupakan rukun Islam yang kelima, pada hakikatnya wajib ditegakkan oleh setiap Muslim. Namun karena ibadah ini mempunyai kekhususan, yakni harus dilakukan di suatu tempat di Arab Saudi, maka kewajibannya dibatasi hanya bagi mereka yang mampu baik moril maupun material. Sama seperti ibadah yang lain, melaksanakan ibadah haji adalah panggilan ketakwaan. Tentu saja setelah menunaikannya orang seharusnya  menjadi semakin takwa dalam cara hidupnya.

              Sebagaimana dijelaskan oleh Al-qur’an, implikasi takwa intinya adalah pembudayaan tradisi-tradisi mulia. Takwa dalam pandangan Al-qur’an adalah sebuah dasar kemanusiaan yang menyatukan berbagai warna  kulit, rasa atau keturunan dalam satu keluarga Allah (iyalullah). Dalam kaitan ini Allah berfirman:” Kami menciptakan kamu dari pria dan wanita, dan membuat kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah itu adalah yang paling takwa di antara kamu.” (QS. Al-Hujarat, 13).

              Di sini Al-qur’an meletakkan criteria paling objektif dalam hubungan antarabangsa, ras, suku maupun hubungan antar individu, yaitu takwa. Criteria ini menjadikan hidup lebih dinamis, karena membuat orang berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan (fastabiqul-khoirat).

              Jika implikasi cita-cita ketakwaan ini secara konsisten dapat kita kembangkan dalam kehidupan sehari-hari, maka para hujjaj akan dapat melanjutkan tradisi-tradisi mulia sebagai pelopor pencerahan kehidupan masyarakat sekitarnya. Sebagaimana kita ketahui, para hujjaj dalam masyarakat bangsa ini dalam sejarah kebangkitan nasional telah memperlihatkan peranannya yang monumental. Didorong oleh rasa keprihatinannya yang dalam terhadap ekonomi rakyat, mereka mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) dengan ketuanya Haji Samanhudi. Organisasi inlah menjadi cikal bakal tumbuhnya organisasi pergerakan yang bersifat nasional yaitu Syarekat Islam (ISI) yang dalam kiprahnya, pemimpin organisasi ini yaitu HOS Cokroaminoto berhasil mengkader banyak tokoh pergerakan nasional yang mengantarkan bangsa Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan.

              Pada Pembangunan Jangka Panjang II ini, kepeloporan para hujjaj mendapat tantangan baru untuk ta’awanu ‘alal birri wat-taqwa mendorong semua pihak (termasuk pemerintah) mau menciptakan iklim kerja sama di atas kebaikan dan takwa sehingga kehidupan social, budaya,,dan ekonomi politik berjalan dengan lebih baik, penuh dengan nuansa kejujuran, keadilan dan penghargaan terhadap ilmu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post Navigation