ENCIKEFFENDYNEWS.com

Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, dari Rasulullah SAW bersabda, “Apabila ditundukkan bangsa Persia dan Romawi bagi kalian, maka kalian akan menjadi kaum seperti apa?” Abdurrahman bin Auf RA menjawab, “Kami akan mengatakan seperti apa yang diperintahkan Allah.”

              Imam Nawawi dalam Shahih Muslim bi Syarhi’n Nawawi XVIII/96, menjelaskan maksudnya, “Kami akan memuji-Nya, mensyukuri-Nya, dan memohon kepada-Nya tambahan karunia-Nya.”

              Rasulullah SAW bersabda, “Atau (jangan-jangan) tidak seperti itu. Kalian (nanti) malah saling berkompetisi (dalam memperebutkan ‘kue’ kemenangan itu), kemudian (menjadikan) kalian saling hasud, saling membelakangi (tidak menyapa), dan akhirnya saling membenci atau semisal itu,” (HR Muslim No. 2962).

              Melalui hadis ini, Nabi SAW telah mewanti-wanti para sahabatnya dan umatnya agar berhati-hati dalam berkompetisi memperebutkan urusan duniawi, jabatan, pangkat, bisnis, gelar, proyek, dan lainnya.

              Pada dasarnya, kompetisi merupakan naluri setiap insan. Ia bisa menjadi energi positif bagi seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Namun, bisa juga menjadi energi negatif. Keduanya sama-sama memerlukan badzlu al-juhud, pengerahan segenap kemampuan, potensi, waktu, pikiran, dan tenaga guna meraih kesuksesan. Hal yang membedakan diantara keduanya adalah niat dan motivasi yang menggerakkan seseorang untuk  berkompetisi.

              Untuk itu, perlu diperhatikan tiga pedoman kompetisi berikut. Pertama, dipastikan bahwa kompetisi yang kita jalani adalah kompetisi dalam kebaikan. Dan berkompetisi dalam hal ini adalah sesuatu yang mulia dan berpahala, bahkan merupakan mathlab syar’I (tuntutan syar’i). “Berkompetisilah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga.” (QS Ali Imran ayat 33, Al-Hadid ayat 21). Lihat juga QS Al-Muthafifin ayat 26 dan Al-Baqarah ayat 148.

              Kedua, meluruskan niat dan motivasi. Sebab, sesuatu yang mulia jika tidak diiringi dengan niat dan motivasi yang baik, bisa menjadi prahara bagi pelakunya di akhirat. Seperti disebutkan dalam hadis Nabi SAW tentang tiga orang yang pertama kali diadili dan dieksekusi di neraka. Padahal, ketika di dunia mereka dikenal masyarakat luas sebagai orang yang baik karena mereka ahli jihad, rajin menuntut ilmu, dan membaca Al-Qur’an serta dermawan. Ini disebabkan oleh niatnya yang salah.

              Ketiga, wasilah (sarana dan cara) yang digunakan dalam kompetisi hendaknya tidak melanggar aturan syar’i. Seperti menyebar fitnah, pembunuhan karakter, kampanye hitam, dusta, sampai  menggunakan dana haram.

              Sejarah mencatat dengan tinta emas bahwa para sahabat Nabi SAW karena mereka biasa berkompetisi dalam banyak hal dengan memperhatikan rambu-rambu dengan benar.

              Misalnya, kompetisi Umar bin Khattab RA dengan Abu Bakar RA dalam bersedekah (HR Tirmidzi dan Abu Dawud). Untuk mengambil pedang dari Nabi SAW menjelang Perang Uhud pada tahun ke 3 Hijriah, Abu Dujanah RA berkompetisi bersama para sahabat dengan cara elegan dan tidak kasar (HR Muslim No 2470). Begitu pula dengan sahabat lainnya. Wallahu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post Navigation