ENCIKEFFENDYNEWS.com

Rasulullah dikenal sebagai Nabi yang sangat lembut, ramah, dan sopan. Malaikat Jibril pun mengaguminya. Saking lembut dan sopannya, untuk beribadah malam pun beliau tak lupa minta izin terlebih dahulu kepada istrinya. “Apakah kamu mengizinkan aku malam ini untuk beribadah kepada Tuhanku?” tanyanya kepada istrinya, Aisyah pada suatu malam.

              Aisyah menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh aku mencintai kedekatanmu kepada Allah dan menyenangi kemauanmu. Aku benar-benar telah mengizinkan engkau.”

              Selanjutnya, menurut cerita Aisyah, beliau langsung menuju tempat air untuk berwudhu. Tampak beliau begitu hemat menggunakan air. Setelah berdiri shalat, beliau membaca Al-Qur’an sambil menangis, sampai kain yang menutupi kedua pahanya basah dengan air mata. Kemudian beliau duduk memuji Allah sambil menangis pula. Setelah itu mengangkat kedua tangannya sambil menangis lagi. Menurut kesaksian Aisyah malam itu, air matanya sampai membasahi tanah.

              Seperti biasa, Bilal datang untuk adzan Subuh. Tiba-tiba ia melihat Rasulullah sedang menangis. “Ya Rasulullah!” panggilnya. “Mengapa Engkau menangis, bukankah Allah telah mengampuni dosamu yang lampau dan yang akan datang?”Tanya Bilal. Rasulullah menjawab,” Apakah aku tak akan menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?” setelah berhenti sejenak beliau melanjutkan, “ Bagaimana saya tidak akan menangis, malam ini Allah telah menurunkan ayat ini: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imran: 190-191).

              Kerja pikir seperti yang ditunjukkan hadist yang diriwayatkan Aisyah tersebut telah menjadi keprihatinan Rasulullah yang sangat mendalam. Sampai-sampai air matanya meleleh begitu deras. Beliau khawatir kalau umatnya malas berpikir, karena itu dengan keyakinan yang teguh dan suci beliau menegaskan di hadapan Bilal, “Celakalah orang yang membaca ayat itu tetapi tidak memikirkannya.”

              System pengendalian secara sentral yang menyamaratakan semua aspek kehidupan secara nasional dengan juklaknya yang sangat rinci telah mengebiri kebiasaan berpikir para kepala kantor dan wilayah. Potensi kepemimpinan mereka lenyap menjadi robot-robot pelaksana juklak. Mereka jarang mau berpikir sedikit melakukan penyesuaian dengan kepentingan-kepentingan rakyat di wilayahnya. Akibat yang lebih serius adalah mereka lebih memposisikan diri sebagai ‘pelaksana kepentingan rakyat versi pemerintah’ dari pada ‘ pemimpin yang memperjuangkan kepentingan rakyat versi rakyat.

              Kita berdoa mudah-mudahan tak termasuk katagori orang apalagi bangsa yang celaka seperti yang ditegaskan oleh Rasulullah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post Navigation