ENCIKEFFENDYNEWS.com
Dalam peperangan Hunain setelah pembebasan kota Mekah, kaum Muslimin memperoleh rampasan perang sebanyak 22.000 ekor unta, 40.000 ekor kambing, dan 4000 ons perak. Harta itu pun dibagi-bagikan oleh Rasulullah. Yang menjadi bagian negara yaitu seperlimanya, dibagikan kepada bekas musuh, kepada mereka yang baru masuk Islam, dan mereka yang belum masuk Islam yang perlu dipikat hatinya.
Tindakan Nabi yang memberi bagian kepada tokoh-tokoh Quraishi yang merintangi dan memerangi dakwah dan baru masuk Islam telah menimbulkan tanggapan lain dalam jumlah besar telah menimbulkan tanggapan khusus golongan Anshar. Mereka merasa seolah-olah terlupakan oleh Rasulullah lantaran tak diberi harta itu.
“Oh, Rasulullah telah menemukan kembali kaum kerabatnya!” demikian bisik-bisik diantara mereka. Sa’d bin Ubadah, tokoh Anshar, menyampaikan tanggapan kaumnya itu kepada Nabi. Kepada Sa’d beliau minta dikumpulkan kaum Anshar dan hendak berdialog.
“Apakah ucapan kalian yang telah sampai kepadaku, wahai saudara-saudara Anshar? Tidakkah aku mendatangi kalian dalam keadaan sesat, lalu aku tunjuki kalian jalan kebenaran?” Tanya Nabi. “Memang benar, Allah dan Rasul-Nya juga yang berjasa kepada kami sekalian,” jawab mereka.
“Adakah pantas kalian merasa sedih karena aku hendak memikat hati segolongan orang denga secuil benda duniawi, sementara kalian aku percaya karena keimanan kalian? Tidakkah kalian puas kalau orang pulang ke kampung halamannya membawa unta dan kambing, sedangkan kalian pulang membawa Rasulullah?”.
“Demi Allah!” seru Nabi, “Kalaulah tidak karena hijrah, niscaya aku ini menjadi Anshar. Dan seandainya semua orang menempuh suatu jalan dan Anshar menempuh jalan lain, aku akan ikut menempuh jalannya kaum Anshar. Ya Allah berikanlah rahmat-Mu kepada kaum Anshar, para anak Anshar dan para cucu Anshar.”
Mendengar ucapan Nabi yang diucapkan penuh keharuan dan ksih sayang, menangislah orang-orang Anshar: “Kami puas dengan Rasulullah menjadi bagian dan bawaan kami pulang!” Demikianlah, akhirnya pihak Anshar menyadari bahwa Nabi tidak mengambil sesuatu dari harta itu. Dan semuanya digunakan untuk membina hati orang-orang yang bisa dibina dengan benda. Dengan demikian mereka merasakan bahwa dengan Islam merekapun bisa memperoleh dunia disamping akhirat.
Peristiwa itu memperlihatkan bahwa Rasulullah tidak sedikitpun tergiur oleh harta rampasan yang sedemikian banyak. Dalam kehidupan Nabi kita ketahui bahwa istri beliau Khadijah adalah seorang kaya raya. Amat banyak hartanya yang oleh Nabi dibelanjakan untuk kepentingan umum kaum muslimin, sehingga ketika hijrah harta Khadijah nyaris habis. Demikian pula Abu Bakar, Usman, dan sejumlah sahabat lainnya.
Dalam perjuangan membela Islam tidak sedikit kaum muslimin yang menganggap harta benda yang mereka miliki adalah harta bersama. Mereka tidak segan menghabiskan hartanya untuk kepentingan sesame Muslim. Ketika Nabi dan pengikutnya diboikot selama tiga tahun oleh Quraishi di Mekah, mereka yang miskin hidup dari harta orang kaya tanpa adanya perhitungan.
Dalam kehidupan yang semakin materialistis dan masih lemahnya perhatian terhadap rakyat kecil, teladan yang diperlihatkan Nabi dan para sahabat itu sangat baik apabila dihayati oleh kita semua.