ENCIKEFFENDYNEWS.com

Kalau sudah kaya, biasanya manusia “enggan” untuk memperhatikan orang sekitar. Fakir-miskin seolah-olah mengganggu pemandangan mereka. Orang-orang yang mengidap penyakit “kronis”, yang membutuhkan uluran tangan dianggap sebagai usaha untuk menggerogoti kekayaan mereka. Seandainya kita sadar bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kita tidak akan bersikap bakhil kepada orang. Kita akan mudah memberi dan tidak mengharap balasan, kecuali ridha Allah swt. Merupakan rahmat Allah kita tidak dimintai “pajak udara” atau pajak air. Apa sulitnya bagi Allah untuk tidak menurunkan hujan dari langit? Apakah tidak bisa Allah untuk menghentikan udara satu detik saja? Namun Allah memberikan kesempatan kepada mereka yang memiliki bakat warisan dari Fir’aun, Haman dan Qorun itu. Apakah ada yang menginginkan hartanya tidak berguna, ketika menjelang mati, ketika ia ingin bersedekah namun tidak orang yang menerimanya? Na’udzubillah min dzalik!

Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah swt “menggugat” orang-orang kaya yang lupa diri: yang tidak menyadari asal-usul kekayaannya. Benar-benar Allah sedang menggugat mereka!

Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya, pada hari kiamat Allah akan berkata, “Wahai anak Adam, aku sakit tapi engkau tidak menjenguk-Ku.” Ia menjawab, “Wahai Tuhan, bagaimana mungkin aku menjenguk-Mu, padahal Engkau Tuhan semesta Alam.” Allah berkata, “Apakah engkau tidak tahu kalau hamba-Ku si fulan sakit, tapi engkau tidak menjenguknya. Tidakkah engkau tahu, seandainya engkau datang menjenguknya, niscaya engkau mendapatkan-Ku berada di sisi-Nya? Wahai anak Adam! Engkau telah Kuberi makan, namun engkau tidak memberi makan Aku.” Ia menjawab, ‘Wahai Tuhan, bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan, sedangkan Engkau pemilik alam ini?” Allah berkata, “Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku si fulan telah memberimu makan, namun engkau tidak memberinya makan. Seandainya engkau memberinya makan, pasti engkau akan menemukannya di sisi-Ku. Wahai anak Adam! Aku telah memberimu minum, tapi engkau tidak memberi-Ku minum.” Ia berkata, “Wahai Tuhan! Bagaimana mungkin aku memberi-Mu minum, padahal Engkau Tuhan alam semesta?” Allah menjawab, “Hamba-Ku si fulan telah memberimu minum, namun engkau tidak memberinya minum. Tidakkah engkau tahu, seandainya engkau memberinya minum, engkau akan mendapatinya di sisi-Ku.” (HR Bukhari).

Tentunya, sebelum hari kiamat datang, kata Allah, kita harus sudah punya niat untuk bisa berbagi rasa, tenggang rasa dan tepa selira, perhatian dan harta. Karena jika sudah tiba hari Kiamat itu, tidak ada lagi yang namanya jual-beli (transaksi), tidak ada yang namanya teman, juga tidak ada lagi permintaan syafaat (Qs. Al-Baqarah [2]: 254). Pada hari itu, tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak yang kita miliki, kecuali yang mendatangi Allah dengan qalbun salim, hati yang bersih (Qs. Asy-Syu’ara [26]: 88-89). Tentunya sebelum Allah menggugat, masih ada waktu!

Wallahu a’lamu bi al-shawab

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post Navigation